Remaja --sebagaimana yang dikatakan Musthafa Fahmi-- adalah sosok manusia yang belum matang. Hal ini dikarenakan remaja berada pada fase perkembangan antara anak-anak dan dewasa. Karena keberadaannya itulah maka remaja dikatakan sebagai tahapan usia yang belum matang. Remaja juga disebut sebagai usia pencarian identitas atau jati diri. Dalam proses pencarian jati diri (aku), remaja selalu mencoba dan mencoba apa yang cocok pada dirinya. Disamping itu, remaja juga mencari bventuk dirinya kelak dikemudian hari.
Selama proses ini remaja selalu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan dalam bentuk jasmani ataupun rohani. Keberadaan lingkungan demikian dekatnya dengan remaja sehingga apa yang terdapat dalam lingkungan akan dengan mudah diindera. Akibat dari keadaan ini maka dalam jangka panjang remaja akan terbentuk sesuai dengan lingkungan ang membentuknya.
Dalam kenyataan, lingkungan ada yang baik dan ada yan buruk. Lingkungan yang baik akan membentuk remaja menjadi baik dan lingkungan yang buruk akan membentuk remaja menjadi buruk pula. Peran lingkungan memang demikian besar dalam proses pembentukan remaja, disamping faktor hereditas.
Remaja harus pandai menentukan di mana harus berada, pada siapa harus berteman, bagaimana harus bersikap pada lingkungan yang tidak baik, is harus menjadi apa dan siapa, bagaimana harus berbuat. Hal ini penting sebab akan memberikan gambaran tentang sosok remaja bersangkutan. Bila gagal dalam menjawab pertanaan-pertanyaan diatas maka akan menjadi sosok remaja yang "tidak diinginkan". Sungguh ironis apabila remaja menjadi manusia yang mengalami angst yaitu keterasingan, baik dari diri sendiri, keluarga, lingkungan dan Tuhannya. Bila hal ini terjadi maka remaja "bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa". Remaja bukan lagi menjadi dirinya, bukan bagian dari lingkungannya dan jauh dari Tuahan. Keberadaannya tidak lagi diperhitungkan atau wujuduhu ka adamihi (adanya sama saja dengan tidak adanya). Dampak selanjutnya adalah remaja akan berbuat semmaunya karena merasa tidak lagi menjadi bagian dari lingkungannya, sekalipun perbuatannya merugukan diri sendiri, keluarga dan lingkungannya. Ia menjadi manusia yang tidak memiliki sense of responsibility, cuek dan acuh tak acuh.
Problematika Remaja
Sebagaimana yang terungkap dalam pendahuluan di atas, bahwa remaja adalah satu sosok manusia yang berada di antara dua fase yaitu anak-anak dan dewasa sehingga karena keberaaannya tersebut, remaja tidak memiliki kematangan intelektual dan emosional. Kecuali itu, remaja memiliki banyak ragam problematika yang membebaninya. Problematika tersebut antara lain :
Pertama, ketidakmatangan intelektual dan emosional. Hal ini berakibat pada tindakan yang tidak rasional, cenderung emosional dan tanpa pikir panjang. Hal ini sangat bertentangan dengan dasar dan kaedah Agama. Sabda Rasulullah SAW. :
Artinya : Jika kamu ingin melakukan suatu pekerjaan maka pikirkanlah akibatnya. Apabila akibatnya baik maka lakukanlah dan apabila akibatnya buruk maka jauhilah (HR. Ibn al-Mubarak)
Al-Hadits ini memberi pesan akan pentingnya tindakan rasional dan preventif supaya tidak terjerumus pada kerusakan dan kebinasaan. Firman Alah SWT.
Artinya : ...Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan...(QS. Al-Baqoroh : 195)
Kedua, tidak mampu berprestasi dan membanggakan prestasi orang tua. Kesulitan belajar sering dialami sebagian remaja. Kesulitan dalam pengertian yang sebenarnya ataupun kesulitan yang disebabkan hilangnya minat belajar dan membaca. Hal ini kan berakibat pada sulitnya meraih prestasi. Dalam kondisi nafi prestasi, remaja kemudia membanggakan prestasi keluarganya (orang tua, dsb) baik dalam bentuk ucapan maupun tindakan. Ali KW. berkata :
Bukanlah pemuda orang yang mengatakan ini (prestasi) bapakku, tetapi pemuda adalah yang mengatakan ini (prestasi) aku.
Rasulullah juga bersabda :
Artinya : Jadilah kamu seseorang yang kakinya menginjak tanah sedangkan cita-citanya tergantung di bintang tsuroya.
Ketiga, solidaritas berlebihan. Solidaritas berlebihan akan menyebabkan tindakan pembelaan yang berlebihan. Pembelaan terhadap teman secara berlebihan akan mengakibatkan tertutupnya mata dan telinga akan kebenaran. Karena teman, sekalipun salah maka akan dibela mati-matian. Firman Allah SWT. :
Artinya : ... dan tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa. Dan jangan tolong menolong kamu sekalian dalam dosa dan permusuhan (QS. Al-Maidah :2)
Keempat, lebih mengandalkan okol daripada akal. Bagi remaja yang mempunyai kelebihan fisik cenderung membanggakan fisiknya yang di atas rata-rata teman sebayanya. Sebagai bahan renungan sangatlah tepat memperhatikan Hadits Nabi SAW. :
Artinya : Tidaklah disebut kuat orang yang mengandalkan otot, tetapi orang kuat adaah orang yang mampu menahan hawa nafsunya ketika marah (HR. Bukhori dan Muslim)
Kelima, dalam hal cinta dan benci cenderung berlebhan. Pengungkapan cinta dan benci pada remaja sering tidak terkontrol. Saat dia mencintai seseorang seakan-akan tidak ada orang lain lagi yang layak dicintai. Demikian juga ketika dia membenci seseorang seakan-akan tidak ada orang lain lagi yang layang dibenci. Islam mengajarkan cinta dan benci kepada ummatnya dengan sangat tegas, yaitu supaya dalam mencintai dan membenci sewajarnya saja : Hadits Rasul SAW. :
Artinya : Cintailah kekasihmu sewajarnya saja sebab bisa jadi ia menjadi orang yang sangat kamu benci suatu hari nanti. Bencilah orang yang kamu benci sewajarnya saja sebab bisa jadi ia menjadi orang yang sangat amu cintai suatu hari nanti. (HR. At-Tirmidzi)
Ma'na dan hikmah silaturrahmi
Silaturahmi berasal dari kata berbahasa arab yang berarti menyambung, menghubungkan dan kasih sayang, kekerabatan. Silaturrahmi dimaksudkan sebagai upaya menyambung, menghubungkan dan menggabungkan kasih sayang serta kekerabatan antara dua orang atau lebih, baik yang semula ada hubungan persaudaraan atau tidak.
Silaturrahmi dalam Islam sangat ditekankan untuk dilaksanakan karena hikmahnya sangat besar. Keretakan hubungan saudara dapat dipertautkan kembali dengan silaturrahmi. Dua orang yang bukan saudara juga dapat dipersatukan dengan silaturrahmi.
Urgensi silaturrahmi dapat dilihat dakam Al-Qur'an dan Al-Hadits berikut ini :
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi..." (QS. An-Nisa' :1)
"Orang arab pedesaan bertanya : ya Rasul-Allah, kabarkan kepadaku tentang sesuatu yang dapat mendekatkanku kepada surga dan menjauhkan diriku dari neraka ?! Nabi menjawab :...dan sambunglah tali silaturrahmi !"(HR. Bukhari dan MUslim)
Remaja --sebagaimana yang dikatakan Musthafa Fahmi-- adalah sosok manusia yang belum matang. Hal ini dikarenakan remaja berada pada fase perkembangan antara anak-anak dan dewasa. Karena keberadaannya itulah maka remaja dikatakan sebagai tahapan usia yang belum matang. Remaja juga disebut sebagai usia pencarian identitas atau jati diri. Dalam proses pencarian jati diri (aku), remaja selalu mencoba dan mencoba apa yang cocok pada dirinya. Disamping itu, remaja juga mencari bventuk dirinya kelak dikemudian hari.
BalasHapusSelama proses ini remaja selalu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan dalam bentuk jasmani ataupun rohani. Keberadaan lingkungan demikian dekatnya dengan remaja sehingga apa yang terdapat dalam lingkungan akan dengan mudah diindera. Akibat dari keadaan ini maka dalam jangka panjang remaja akan terbentuk sesuai dengan lingkungan ang membentuknya.
Dalam kenyataan, lingkungan ada yang baik dan ada yan buruk. Lingkungan yang baik akan membentuk remaja menjadi baik dan lingkungan yang buruk akan membentuk remaja menjadi buruk pula. Peran lingkungan memang demikian besar dalam proses pembentukan remaja, disamping faktor hereditas.
Remaja harus pandai menentukan di mana harus berada, pada siapa harus berteman, bagaimana harus bersikap pada lingkungan yang tidak baik, is harus menjadi apa dan siapa, bagaimana harus berbuat. Hal ini penting sebab akan memberikan gambaran tentang sosok remaja bersangkutan. Bila gagal dalam menjawab pertanaan-pertanyaan diatas maka akan menjadi sosok remaja yang "tidak diinginkan". Sungguh ironis apabila remaja menjadi manusia yang mengalami angst yaitu keterasingan, baik dari diri sendiri, keluarga, lingkungan dan Tuhannya. Bila hal ini terjadi maka remaja "bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa". Remaja bukan lagi menjadi dirinya, bukan bagian dari lingkungannya dan jauh dari Tuahan. Keberadaannya tidak lagi diperhitungkan atau wujuduhu ka adamihi (adanya sama saja dengan tidak adanya). Dampak selanjutnya adalah remaja akan berbuat semmaunya karena merasa tidak lagi menjadi bagian dari lingkungannya, sekalipun perbuatannya merugukan diri sendiri, keluarga dan lingkungannya. Ia menjadi manusia yang tidak memiliki sense of responsibility, cuek dan acuh tak acuh.
Problematika Remaja
Sebagaimana yang terungkap dalam pendahuluan di atas, bahwa remaja adalah satu sosok manusia yang berada di antara dua fase yaitu anak-anak dan dewasa sehingga karena keberaaannya tersebut, remaja tidak memiliki kematangan intelektual dan emosional. Kecuali itu, remaja memiliki banyak ragam problematika yang membebaninya. Problematika tersebut antara lain :
Pertama, ketidakmatangan intelektual dan emosional. Hal ini berakibat pada tindakan yang tidak rasional, cenderung emosional dan tanpa pikir panjang. Hal ini sangat bertentangan dengan dasar dan kaedah Agama. Sabda Rasulullah SAW. :
Artinya : Jika kamu ingin melakukan suatu pekerjaan maka pikirkanlah akibatnya. Apabila akibatnya baik maka lakukanlah dan apabila akibatnya buruk maka jauhilah (HR. Ibn al-Mubarak)
Al-Hadits ini memberi pesan akan pentingnya tindakan rasional dan preventif supaya tidak terjerumus pada kerusakan dan kebinasaan. Firman Alah SWT.
Artinya : ...Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan...(QS. Al-Baqoroh : 195)
Kedua, tidak mampu berprestasi dan membanggakan prestasi orang tua. Kesulitan belajar sering dialami sebagian remaja. Kesulitan dalam pengertian yang sebenarnya ataupun kesulitan yang disebabkan hilangnya minat belajar dan membaca. Hal ini kan berakibat pada sulitnya meraih prestasi. Dalam kondisi nafi prestasi, remaja kemudia membanggakan prestasi keluarganya (orang tua, dsb) baik dalam bentuk ucapan maupun tindakan. Ali KW. berkata :
Bukanlah pemuda orang yang mengatakan ini (prestasi) bapakku, tetapi pemuda adalah yang mengatakan ini (prestasi) aku.
Rasulullah juga bersabda :
Artinya : Jadilah kamu seseorang yang kakinya menginjak tanah sedangkan cita-citanya tergantung di bintang tsuroya.
Ketiga, solidaritas berlebihan. Solidaritas berlebihan akan menyebabkan tindakan pembelaan yang berlebihan. Pembelaan terhadap teman secara berlebihan akan mengakibatkan tertutupnya mata dan telinga akan kebenaran. Karena teman, sekalipun salah maka akan dibela mati-matian. Firman Allah SWT. :
Artinya : ... dan tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa. Dan jangan tolong menolong kamu sekalian dalam dosa dan permusuhan (QS. Al-Maidah :2)
Keempat, lebih mengandalkan okol daripada akal. Bagi remaja yang mempunyai kelebihan fisik cenderung membanggakan fisiknya yang di atas rata-rata teman sebayanya. Sebagai bahan renungan sangatlah tepat memperhatikan Hadits Nabi SAW. :
Artinya : Tidaklah disebut kuat orang yang mengandalkan otot, tetapi orang kuat adaah orang yang mampu menahan hawa nafsunya ketika marah (HR. Bukhori dan Muslim)
Kelima, dalam hal cinta dan benci cenderung berlebhan. Pengungkapan cinta dan benci pada remaja sering tidak terkontrol. Saat dia mencintai seseorang seakan-akan tidak ada orang lain lagi yang layak dicintai. Demikian juga ketika dia membenci seseorang seakan-akan tidak ada orang lain lagi yang layang dibenci. Islam mengajarkan cinta dan benci kepada ummatnya dengan sangat tegas, yaitu supaya dalam mencintai dan membenci sewajarnya saja : Hadits Rasul SAW. :
Artinya : Cintailah kekasihmu sewajarnya saja sebab bisa jadi ia menjadi orang yang sangat kamu benci suatu hari nanti. Bencilah orang yang kamu benci sewajarnya saja sebab bisa jadi ia menjadi orang yang sangat amu cintai suatu hari nanti. (HR. At-Tirmidzi)
Ma'na dan hikmah silaturrahmi
Silaturahmi berasal dari kata berbahasa arab yang berarti menyambung, menghubungkan dan kasih sayang, kekerabatan. Silaturrahmi dimaksudkan sebagai upaya menyambung, menghubungkan dan menggabungkan kasih sayang serta kekerabatan antara dua orang atau lebih, baik yang semula ada hubungan persaudaraan atau tidak.
Silaturrahmi dalam Islam sangat ditekankan untuk dilaksanakan karena hikmahnya sangat besar. Keretakan hubungan saudara dapat dipertautkan kembali dengan silaturrahmi. Dua orang yang bukan saudara juga dapat dipersatukan dengan silaturrahmi.
Urgensi silaturrahmi dapat dilihat dakam Al-Qur'an dan Al-Hadits berikut ini :
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi..." (QS. An-Nisa' :1)
"Orang arab pedesaan bertanya : ya Rasul-Allah, kabarkan kepadaku tentang sesuatu yang dapat mendekatkanku kepada surga dan menjauhkan diriku dari neraka ?! Nabi menjawab :...dan sambunglah tali silaturrahmi !"(HR. Bukhari dan MUslim)